Sleman – Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemadam Kebakaran Kabupaten Sleman menyelenggarakan sosialisasi dan pelatihan penanggulangan bencana kebakaran, di Padukuhan Nogosaren, Kalurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Rabu (4/9/2024). Pelatihan ini bertujuan untuk membekali masyarakat akan keterampilan dasar dalam penanggulangan kebakaran sekaligus meningkatkan kesadaran warga mengenai bahaya yang ditimbulkan.
Pelatihan yang diikuti oleh 40 warga Dusun Nogosaren tersebut, dihadiri Kepala Seksi Pencegahan Kebakaran UPT Pemadam Kebakaran Kabupaten Sleman, Suwandi, Bintara Pembina Desa (Babinsa) Nogotirto, Serda Surachmadi, Bhabinkamtibmas Nogotirto, Aiptu Eko Yulianto, Dukuh Nogosaren, Solikhin Nurcahyo, Ketua RT, serta Ketua RW setempat.
Pada kesempatan itu, warga diberi materi terkait dasar penanggulangan dan pencegahan kebakaran, serta praktik lapangan. Teori disampaikan oleh Sumarjono selaku penyuluh UPT Pemadam Kebakaran Kabupaten Sleman. Sementara kegiatan praktik lapangan yang diberikan berupa identifikasi potensi bahaya serta upaya pencegahan terjadinya kebakaran.
Sumarjono dalam paparannya menegaskan ketika terjadi kebocoran tabung gas yang memicu api, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mematikan sumber gas. Namun apabila memungkinkan, segera matikan regulator yang terhubung ke tabung gas untuk menghentikan aliran gas saat api masih belum membesar.
“Matikan juga sumber listrik di sekitar lokasi untuk mencegah percikan yang bisa memicu ledakan lebih besar,” imbuhnya.
Untuk menguji kesiapsiagaan para peserta pelatihan dalam menghadapi bencana kebakaran, maka diadakan simulasi kebakaran yang dirancang sedemikian rupa agar menyerupai kondisi nyata. Simulasi ini berguna untuk mengukur sejauh mana masyarakat siap menghadapi situasi darurat, serta mengidentifikasi area mana saja yang perlu diperbaiki dalam penanganan kebakaran.
Lebih lanjut, warga juga diajarkan keterampilan penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) yang berisi serbuk kimia kering, termasuk teknik evakuasi yang benar serta langkah pertama yang harus diambil saat kebakaran terjadi. Dengan keterampilan ini, masyarakat dapat tanggap terhadap situasi darurat sehingga bisa menyelamatkan nyawa dan harta bendanya.
“Saat menggunakan APAR, berdirilah sekitar 1,5 hingga 2 meter dari api, dan selalu perhatikan arah angin untuk menghindari terkena asap atau bahan kimia,” tegas Sumarjono.
Apabila alat pemadam api ringan tidak tersedia dan kebakaran masih dalam tahap awal, maka bisa menggunakan kain selimut basah atau karung goni basah untuk menutupi api. Kain basah tersebut dapat membantu memadamkan api dengan mengurangi oksigen di sekitarnya.
Di akhir kegiatan, Kepala Seksi Pencegahan Kebakaran UPT Pemadam Kebakaran Kabupaten Sleman, Suwandi mengharapkan masyarakat sebagai peserta pelatihan dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya, dan memberikan contoh kepada orang lain untuk lebih peduli terhadap pencegahan kebakaran. (Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Kapanewon Gamping)